Oleh: Euis Reliyanti Arum, SS., M.Hum*
Stay at home sebagai bagian dari social distancing adalah cara utama untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona yang sedang mewabah di dunia, Kompas menyebutkan kurang lebih 199 negara terkonfirmasi terjangkit covid-19. WHO sudah meningkatkan level pemutusan rantai menjadi physical distancing.
Di Indonesia, saat ini jam operasional perkantoran dan pusat perbelanjaan mulai tutup dan beberapa kota yang termasuk zona merah sudah mulai memberlakukan karantina wilayah. Kemudian pemerintah menetapkan surat edaran instruksi work from home (WFH) dan school from home (SFH). Berarti, semua anggota keluarga akan berkumpul di dalam rumah dan melakukan aktivitas kantor dan sekolahnya dari rumah. Apa yang terjadi?
Pada minggu pertama, semuanya masih terasa menyenangkan untuk bersama-sama berada di dalam rumah dan melakukan kegiatan masing-masing. Anak-anak masih menikmati kegiatan belajarnya dan mengerjakan tugas mereka secara mandiri. Tetapi kemudian pada minggu selanjutnya, kenyamanan di rumah berangsur berubah ketika anak-anak mulai merasa bosan. Apalagi dengan kondisi karantina di rumah mereka juga tidak bisa bebas lagi bermain dengan teman-temannya di luar rumah. Akibatnya anak-anak akan cepat emosi bahkan pada akhirnya enggan untuk mengerjakan tugasnya sendiri.
Pada kondisi di tengah wabah covid-19, peran orang tua untuk mendampingi kegiatan belajar online anak sangat dibutuhkan, khususnya untuk anak-anak usia SD dan SMP yang masih membutuhkan bimbingan dalam belajar. Tetapi tidak sedikit orang tua yang merasa kebingungan menghadapi kondisi seperti itu, terutama bagi para orang tua yang melakukan WFH. Selain harus menyelesaikan pekerjaannya, mereka juga harus mengkondisikan anak-anak untuk tetap belajar. Belajar dalam makna yang sesuai kondisi anak-anak.
Maka dari itu, langkah-langkah aktual paling efektif, mudah, dan tuntas yang dapat dipersiapkan dan diimplementasikan oleh para orang tua bersama anak-anak di rumah tentu ‘menjadi sesuatu’ yang perlu dijadikan pola belajar interaktif dan reflektif bagi anak-anak, dengan harapan anak-anak merasakan fun learning. Terkadang, anak-anak memerlukan kondisi yang sama seperti di sekolah.
Pertama, kita membangun komunikasi yang interaktif dengan anak untuk memotivasi mereka tetap berpikiran positif. Pikiran positif akan membuat mereka merasa nyaman dan dapat melakukan banyak hal dengan senang.
Kedua, menyiapkan fasilitas belajar yang memadai. Selain tempat belajar yang nyaman, dengan adanya tuntutan belajar online maka orang tua harus mempersiapkan kuota internet yang cukup untuk kegiatan belajar anak.
Ketiga, menyusun jadwal belajar bersama anak di rumah yang disesuaikan dengan jadwal yang diberikan oleh sekolah. Untuk jadwal ini, termasuk di dalamnya jadwal untuk menonton televisi yang berlaku bagi semua anggota keluarga termasuk suami dan jadwal bermain telepon seluler. Gadget memudahkan anak-anak mengalihkan perhatiannya.
Keempat, mendampingi anak (untuk usia SD) atau kroscek (untuk anak SMP dan SMA) ketika mereka sedang belajar untuk memastikan mereka mengerjakan tugas dengan benar dan tepat waktu sesuai dengan tugas dan arahan gurunya masing-masing.
Kelima, bagaimana menyiapkan kegiatan selingan seperti bermain games, atau mengembangkan kreativitasnya.
Keenam, tidak kalah pentingnya dengan poin-poin di atas adalah persiapan logistik. Di samping menyediakan makanan yang bergizi, sebaiknya siapkan makanan camilan kesukaan anak-anak sebagai apresiasi atas kerja keras yang telah mereka lakukan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah.
Terakhir, kita harus selalu mendo’akan anak-anak semoga menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah yang kelak akan mendo’akan orang tuanya.
Peranan aktif orang tua mendampingi anak-anak agar supaya pola belajarnya tetap menunjukkan tren positif dan terjadi peningkatan setiap harinya. Oleh karena itu, dalam situasi dan kondisi yang ‘baru’ ini, orang tua menjadi perencana yang cerdas di rumah.
Orang tua harus terus meningkatkan kedisiplinan anak-anak dengan belajar yang membahagiakan. Sejujurnya, untuk mencapai tujuan belajar anak-anak memang membutuhkan waktu ekstra dan komitmen tinggi untuk mendampinginya. (*)
Biodata Penulis:
*) Ketua Unit Bahasa Politeknik Al Islam Bandung dan Dosen Program Studi DIII Radiologi Politeknik Al Islam Bandung