Oleh: Dra. Wiwin Winarti., SS., M.I.Kom*
Tenaga medis di rumah sakit dan seluruh lininya saat ini berada di garda terdepan dalam penanganan wabah pandemi virus covid-19 di Indonesia. Sungguh mengejutkan dalam kondisi sekarang APD (Alat Pelindung Diri) dan perlengkapan lainnya jauh dari kata memadai. Di satu sisi mereka harus berhadapan langsung dengan penderita positif covid-19, tapi APD yang mereka pakai masih kurang. Data menunjukkan sekitar 8 tenaga dokter meninggal dunia dan tenaga medis lainnya sudah terpapar baik dalam pengawasan maupun pemantauan covid-19.
Jumlah pasien terpapar covid-19 terus bertambah. Rumah sakit semakin kewalahan menerima pasien karena terjadi lonjakan penderita baru, sementara persediaan APD sudah semakin menipis, terjadi kelangkaan yang tak terhindarkan. Apa yang kita lihat sekarang, masyakarat bahu membahu berperan membantu pemerintah. Beberapa gerakan bermunculan untuk membantu rumah sakit dalam mengumpulkan APD yang tiba-tiba menghilang di pasaran. Influencer mengajak masyarakat bergotong royong membantu tenaga medis melalui crowd funding seperti kitabisa.com, juga Tim Relawan Rumah Sakit yang tersebar di kota dan kabupaten menggalang donasi sebagai wujud kepedulian. Bukan hanya itu makanan untuk tenaga medis pun termasuk salah satu item yang disalurkan oleh masyarakat.
Di saat terdapat oknum yang memancing di air keruh dengan menimbun APD untuk keuntungan pribadi sampai menjadikan APD sangat langka, masih banyak orang yang memiliki hati nurani dan mau berkorban untuk masyarakat. Banyak masyarakat yang tergerak dan menggerakkan masyarakat lain untuk saling bahu membahu dalam menghadapi ancaman wabah bersama-sama. Mereka membuka posko bantuan APD dari masyarakat untuk disalurkan ke rumah sakit yang membutuhkan. Begitu dibuka posko bantuan, masyarakat berbondong-bondong memberikan bantuan.
Pandemi covid-19 sangat mematikan. Itulah kemudian upaya yang dilakukan untuk menghimpun APD oleh sebagian masyarakat harus dipahami bahwa ini bukan hanya untuk individu melainkan untuk bangsa Indonesia. Dengan APD yang terkumpul, bila pasien yang terpapar dapat diobati, maka tim medis terlindungi dengan baik, semakin cepat semakin baik. Inilah solusi terbaik.
Wabah covid-19 mulai merebak di Indonesia pada medium bulan Februari. Alih-alih menurun, angka yang terpapar malah menunjukkan kenaikan dan belum ada tanda-tanda akan mereda. Melihat kondisi seperti ini tidak ada seorangpun yang tahu kapan akan berakhir. Covid-19 telah merubah pola kehidupan bermasyarakat. Working from home (WFH) atau kerja dari rumah dan Studying from home (SFH) atau belajar dari rumah telah diterapkan dalam 2 minggu terakhir di berbagai kantor, sekolah dan perguruan tinggi.
Pertanyaannya adalah butuh sampai titik manakah ketahanan pangan masyarakat? Apakah masyarakat dapat terus mempertahankan diri dengan persediaan pangan dalam jangka waktu yang lama? Pertanyaan retoris ini diajukan di tengah ketidakpastian kebijakan pemerintah yang tampak abai atas keselamatan rakyatnya. Bila WFH dan SFH diberlakukan dalam jangka waktu panjang dan ketidakpastian, menggantung dan mempersulit dari multi sektor, akankah masyarakat bisa bertahan sekalipun bekerja di rumah, akankah kebutuhan pangan terpenuhi? Akankah prinsip kerakyatan dan keadilan sosial menjadi nyata? Maraknya wabah pandemi covid-19, jangan sampai fungsi negara abstain pada saat dibutuhkan.
Do not take it for granted atas kedermawanan mayoritas masyarakat Indonesia yang selama ini sudah terbukti mampu bertahan di atas segala cobaan dan masalah. Semoga masyarakat bersama-sama tetap tabah dan tetap berpikir rasional dan kita menginginkan pandemi covid-19 mereda dan cepat berlalu. Tentu inilah yang kita harapkan. Semoga! (*)
Biodata Penulis:
*) Dosen Komunikasi Politeknik Al Islam Bandung dan Ketua Program Studi DIII Administrasi Rumah Sakit (ARS)