Oleh: Muh. Husen Arifin
Di rumah saja, jaga jarak dan lakukan perilaku hidup bersih sehat merupakan langkah tepat untuk mendukung program dalam menanggulangi pandemik covid-19 di Indonesia. Tentunya sangat penting didukung oleh kesadaran diri kita masing-masing.
Informasi pandemik covid 19 di Indonesia sudah mencapai total kasus 1.046 per 27 Maret 2020. Jumlah ini sangat mungkin bertambah. Artinya kita akan menghadapi hari-hari yang cukup statis.
Surat edaran baik di tingkat pusat sampai lingkungan rumah tangga merujuk untuk tetap mengedepankan pentingnya menjaga imunitas tubuh kita dalam menghadapi virus ini. Dalam hal ini, kita sebagai pendidik diharapkan tetap memantau keberlangsungan pembelajaran daring bagi peserta didik.
Umumnya perguruan tinggi telah memberikan panduan tentang pembelajaran daring sebagai langkah menghadapi era revolusi industri 4.0, namun demikian terjadinya wabah pandemik ini merupakan hal yang sulit ditolak. Menyiapkan peserta didik tetap mendapatkan materi kuliah jarak jauh sangat penting dijadikan pembicaraan dengan pandangan bahwa pendidikan jarak jauh tetap memiliki kualitas dan kuantitas yang sama dengan pembelajaran konvensional.
Persoalan lain kemudian muncul bahwa pendidikan jarak jauh merupakan hal yang baru bagi sebagian pendidik yang tidak terbiasa, tidak mengenal konsep pembelajaran daring yang interaktif. Sudut pandang ini penting dibahas untuk menyatukan satu persepsi bahwa pembelajaran adalah hakikatnya proses manusia menjadi baik dan lebih baik di kemudian hari.
Pertimbangan yang berkaitan dengan kesulitan dalam pembelajaran daring yaitu paket data seluler. Tidak semua peserta didik mampu membeli paket data seluler setiap hari. Hal ini penting dipertimbangkan, apakah kemudian orang tua perlu memberikan anggaran ‘beli pulsa’ lebih sehingga tidak ada anggapan bahwa kesadaran belajar bukan saja terletak pada peserta didik namun juga orang tua perlu menanggapi solusinya.
Dua hal di atas sangat memerlukan pemikiran yang solutif. Akses belajar di rumah membutuhkan akses daring. Oleh karena itu, kita perlu mereaktualisasi konsep pembelajaran daring yang sebenarnya.
Belajar di Rumah, Efektifkah?
Pembahasan ini sangat sensitif bergantung pada adakah upaya mengefektifkan belajar di rumah? Sejujurnya hal mendasar dari belajar adalah proses transfer informasi dapat diterima dan diimplementasikan. Keragaman cara belajar sudah kita pahami bersama. Namun kaidah belajar di rumah perlu dikonsentrasikan.
Aturan belajar di rumah terbentuk manakala individu atau kelompok di rumah menyepakati untuk melaksakan kewajiban moral mencerdaskan diri. Sedangkan kebutuhan belajar di rumah terkendala oleh aktivitas lainnya, misalnya waktu menonton televisi lebih diprioritaskan, waktu bermain gawai lebih didahulukan. Maknanya belajar di rumah terkesan ‘rebahan’ saja.
Maka dari itu, kita sebagai pendidik wajib rutin mengagendakan kepada keluarga, peserta didik yang kita ampu dan masyarakat untuk menyadarkan bahwa belajar di rumah adalah salah satu konsekuensi bersama untuk tetap optimis bahwa hak-hak dasar belajar dapat diterima walaupun dalam 24 jam berada di rumah.
Aplikasi-aplikasi belajar seperti Google Classroom, Edmodo, Ruangguru, Zenius dapat digunakan sebagai interaksi pembelajaran antara pendidik dan peserta didik.
Tugas pendidik sebenarnya tidak perlu memberikan aturan belajar yang sulit. Kita hanya menyatakan bahwa belajar di rumah bisa efektif dan efisien selama kita mampu dan tahu cara mengelolanya.
Semoga pandemik covid 19 ini segera berakhir, dengan menjaga kesehatan dan menjaga perilaku hidup bersih sehat, maka belajar di rumah senantiasa nyaman untuk seluruh pendidik dan peserta didik. (*)